Maqolah Jowo

Ketika kita mendengar tentang pepetah “maqolah njowo” tentang “ngewongno wong” mungkin kita anggap sebagai angin lalu saja, namun apabila kita mau menelaah lebih jauh dan mau melihat pada hal-hal yang terjadi dan berlaku di masyarakat maka kita akan menemukan bahwa hal tersebut memiliki nilai filosofis yang tinngi.

Mengorangkan orang lain(ngewongno wong), seseorang dihargai oleh orang lain ketika ia bias menghargai orang lain, oleh karena itu hargailah orang lain, janga engkau melihat seseorang dari status sosialnya, tapi lihatlah orang sebagiai “orang seutuhnya”, karena tuhan menciptakan orang dari komposisi yang sama antara satu dan yang lainnya, begitupun tujuan tuhan menciptakan orang dengan satu tujuannya pada hakekatnya, walaupun pada dhodirnya kelihatan memiliki fungsi yang berbeda dalam tatanan social, namun hal tersebut hanyalah bentuk permukaan yang akhirnya kembali kepada satu tujuan.

Maka sudah seharusnyalah kita dapat mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contohnya: jika kita menolong kiai atau dosen kita itu sudah biasa karena sebagaimana yang telah di terangkan di ta’limul muta’allim memang sudah keharusan kita sebagai “wongkang nggolek ngelmu” untuk memuliakan “ahlul ilmi” yang dalam konteks sekarang kita terjemahan sebagai kiai kita atau guru kita, dan hal tersebut mungkin juga akan selalu dilakukan oleh orang lain dari masyarakat kita.

Namun apabila yang kita tolong adalah seorang tukang becak itu akan memberikan nilai pluss pada orang yang melakukannya, karena sebagaimana yang sudah berlaku dalam masyarakat bahwa sering kali kaum pinggiran tidak begitu di anngap, namun apabila kita mau berijtihad lagi (memahami dengan sungguh-sungguh-red) maka orang seperti inilah yang apabila kita tolong akan lebih menghargai pertolongan kita. Dan pertolongan yang ditujukan pada orang-orang seperti ini relatife lebih sedikit, dan orang –orang dalam masyarakat kita jarang yang mau melakukannya.

Maka dari itu kiat sebagai generasi muda mau menggali kembali khazanah-khazanah budaya yang dulu ada “nguri-nguri budoyo” dan mengaplikasikannya dalam kehidupan modern kita.(zaim-red.)

0 komentar: