JALAN CINTA PESANTREN….

0 komentar 3.11.2009
Pesantren sebagai soko guru pendidikan bangsa telah puluhan tahun memberikan komitmennya terhadap bangsa, pesanteren-lah yang dulu ikut berjuang mati-matian demi kemerdekaan bangsa, pesantren Sukamanah menjadi sejarah yang paling manis, Surabaya lautan api juga mengakui bahwa kaum-kaum bersarung memainkan peran di sana, pun dengan toleransinya Wachid Hasyim ikut memperjuangkan pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa.
Santri-santri yang berjuang di masyarakat lapisan bawah juga memiliki peran yang tidak kalah gemilangnya, dengan berbekal keikhlasan dan bismillah mereka mampu menentramkan kehidupan masyarakatnya, orang sakit sembuh dengan wasilah tiupannya yang barokah, anak nakal, orang kesurupan, mau melahirkan, nyari jodoh, semua beliau selesaikan dengan cara sederhana.namun mengena.
Kaum-bersarung telah dengan begitu manis menorehkan tinta emas sebagai masyarakat yang berbudaya, sekarang akankah jalan cinta pesantren akan selalu menemukan jalan indahnya?,
Sedangkan pengemban estafet perjuangan kaum santri sekarang seakan telah kehilangan identitasnya, utamanya apabila dihadapkan dengan dunia luar pesantren, mereka yang di pesantren begitu terlihat alim dengan sarung, koko, dan kitab-kitab tebalnya seakan kehilangan jiwa santrinya bila telah bertemu dengan hedonisme global yang mulai membudaya, sarung mereka tanggalkan, koko-pun telah berganti dengan jaket modis buatan eropa, dan yang paling memprihatinkan semakin banyak kaum bersarung yang seakan lupa akan identitasnya, dengan mengatasnamakan moderenitas dan kebebasan berekspresi dengan mudahnya menggadaikan budayanya.
Wiridan mereka ganti dengan SMS-AN,yang menjadi perbincangan mereka bukan lagi sudah berapa juz mereka nderes hari ini, atau sudah berapa bait nadzom yang mereka hafalkan melainkan telah berganti apa HP terbaru dan paling lengkap fiturnya, begitupun lagu-lagu sholawatan resonansinya telah semakin tereduksi.
Dengan fakta yang demikian apakah kita hanya akan ikut terhanyut, ataukah kita akan kembali ke jalan cinta yang sebenar-benarnya, jalan cinta pesantren yang berpuncak pada pengusahaan rahmad tuhan dan kemaslahatan masyarakat.
Dan tentunya wacana yang kedua adalah tawaran mati bagi kita, mari dari lingkungan kecil luqmaniyah, kita kembalikan jalur cinta pesantren yang semestinya, jalan yang keridlo-an allah melimpah disana.wallahu a’lam
Read On

Saatnya Santri Bersuara

0 komentar 1.23.2009
SAATNYA HATI NURANI BERBICARA
Oleh:
Santri Peduli Demokrasi

Suksesi kepemimpinan di pesantren sebentar lagi akan dilaksanakan, tinggal menunggu hitungan jam bahkan, berbagai kampanye-kampanye yang bertujuan mensukseskan calon masing-masing baik yang terselubung maupun yang terang-terangan telah semakin nyata terasa, berbagai upaya pun dilakukan demi kesuksesan masing-masing kandidat.
Strategi-strategi jitu pun telah dicanangkan demi keberhasilan tujuan masing-masing, terlepas dari semua, kebutuhan kita akan seorang pemimpin memang mutlak dibutuhkan, demi tetap berjalannya sebuah sistem, dan tentunya kebutuhan kita akan seorang pemimpin tidak hanya kita gantungkan terhadap seorang calon pemimimpin yang hanya gagah, ganteng, familiar, murah senyum, atau semisalnya, tapi yang mutlak kita butuhkan adalah pemimpin yang benar-benar dapat siap bekerja keras demi sebuah perubahan dan tentunya dapat mengayomi semua elemen.
Kesadaran yang seharusnya kita miliki itu lah yang nantinya akan menentukan arah perjuangan pesantren kita kedepan, jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dilemparkan oleh elite-elite yang tidak bertanggung jawab, karena yang paling mengerti akan kebutuhannya adalah santri itu sendiri.
Untuk itu mari kita salurkan suara kita sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan pesantren kita tercinta dan hati nurani kita tentunya, mari kita pilih seorang pemimpin yang benar-benar bisa mengayomi, kredibel baik secara sosial maupun intelektual, yang ikhlas berjuang demi kemaslahatan semua, dan yang paling penting seorang pemimpin yang mengerti akan keadaan santri, demi kemaslahatan dan kemajuan bersama. Inilah saaatnya hati nurani berbicara.
Read On