Resolusi Konflik Berbasis Kearifan Lokal

0 komentar 12.02.2008
Resolusi Konflik Berbasis Kearifan Lokal

(disadur dari beberapa sumber)


Kearifan lokal memiliki dimensi sosial dan budaya yang kuat, karena timbul dari aktifitas perlakuan berpola manusia dalam kehidupan bermasyarakat, kearifan lokal dapat menjelma dalam berbagai bentuk ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan dalam ranah kebudayaan. Sedangkan dalam kehidupan sosial dapat berupa sostem religius, sitem serta organisasi kemasyarakatan, sistem pengaturan, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan.(koentjaningrat,1964).
Resolusi konflik berbasis kearifan lokal adalah penyelesaian suatu permasalahan yang menggunakan aspek-aspek kearifan lokal sebagai formulasinya. sebagaimana Konflik dan kekerasan dalam tujuh tahun terakhir ini di Indonesia telah meluluh lantahkan banyak hal, ikatan kekerabatan, persaudaraan dan solidaritas sosial. Belum lagi ribuan nyawa yang melayang sia-sia, harta benda yang terjarah dan hangus terbakar, ikut sirna meninggalkan pemiliknya. Tidak sedikit diantara mereka yang menjadi korban utamanya, dengan perasaan luka hati yang perih meratapi nasibnya. Duka lara, dan mungkin perasaan dendam berkecamuk dan sepertinya tak tahu lagi kemana harus mencari obat penyembuhnya.
Negara yang seharusnya menjadi pelindung dan pengobat dari rasa luka dan duka itu justru tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan tidak sedikit yang mensinyalir negara ikut bermain api dalam operasi konflik dan kekerasan atas masyarakat. Lihat saja peristiwa di Ambon, hanya karena percekcokan kecil antara penumpang dengan kondektur bus, api konflik berkobar dan meluas menjadi konflik horisontal dan memakan waktu hampir empat tahun lebih untuk memadamkannya. Itu pun belum tuntas betul, sebab terkadang percikan api kecil dapat muncul dan sewaktu-waktu dapat saja kobarannya membesar. Begitu pula dengan peristiwa yang terjadi di Sambas Pontianak, beberapa tahun yang lalu percekcokan antar anak muda keturunan etnis Madura dengan Dayak di acara pagelaran musik dangdut mencuat membentuk lingkaran api kekerasan horisontal.
Menanggapi berbagai konflik dan kekerasan yang mengorbankan masyarakat itu, salah seorang artis yang baru saja menyelesaikan studi S2-nya di Universitas Indonesia, yakni Rieke Diah Pietaloka mengatakan, kekerasan yang selama ini dilakukan oleh negara itu, kini telah menular ke masyarakat. Praktik otoritarian, seperti tindakan represif, mengadili orang tanpa bukti, memeras hak-hak ekonomi dan politik rakyat dan sejenisnya menciptakan transfer bentuk otoritarian itu ke dalam sikap dan tindakan masyarakat. Praktek kekerasan dan intoleran negara ‘diteladani’ dengan sarkasme pula oleh masyarakat. Untuk memperjelas contoh, lihat saja tayangan televisi dan ragam berita di koran, warga masyarakat dengan mudah bertikai dan mengambil jalan kekerasan hanya karena persoalan yang sesungguhnya sepele. Ada orang dibunuh oleh tetangganya sendiri hanya karena dituduh sebagai tukang santet. Ada bapak yang tega membunuh atau memperkosa anaknya. Ada maling yang mengambil harta dan sekaligus menghabisi nyawa pemiliknya dan banyak lagi kisah sejenis lainnya.
Hal itu disinyalir karena Kearifan lokal seperti nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, persaudaraan dan sikap ketauladanan lainnya mulai banyak terkikis di dalam lingkungan budaya masyarakat. Kearifan lokal yamg seharusnya menjadi filter dalm kehidupan bermasyarakat, beragama dan bernegara kita telah sedikit demi sedikit mulai terhapus. Visi dan ideologi pembangunan yang lebih mendepankan pertumbuhan ekonomi, perkembangan fisik, dan material dibandingkan dengan nilai spritualitas dan kearifan lokal (local wisdom) dipropagandakan oleh mesin-mesin negara, dalam banyak hal mempengaruhi cara berfikir dan bertindak sebagaian besar anggota masyarakat. Kini keberhasilan dan kesuksesan seorang tokoh masyarakat (elite) tidak lagi diukur sejauhmana peran sosialnya dan pengabdiannya di tengah masyarakat, tapi kekayaan yang dimilikinyalah yang menjadi ukuran. Masyarakat dalam banyak kini sudah teracuni oleh modernisme budaya konsumtif, egois dan praktek menghalalkan segala cara. Nilai-nilai kemodernan itu menggeser kearifan budaya lokal komunitas. Benturan nilai itu tidak jarang membuat masyarakat pun mulai mengalami krisis identitas.
Namun ditengah-tengah keadaan yang seperti ini muncul suatu metode/cara baru yang diharapkan dapat meyelesaian konflik, sebagaimana yang terjadi daerah sulawesi selatan, di tengah gelombang kekerasan, keserakahan dan krisis identitas budaya lokal yang telah melumat habis ikatan kemanusiaan dan kebersamaan di banyak tempat di tanah air, ternyata masih ada kekuatan yang terus dipelihara untuk memperkuat teladan dan kearifan budaya di kalangan masyarakat adat Musirawas Sumatera Selatan (Sumsel). Kearifan menyelesaikan konflik, pertikaian melalui pendekatan kemanusiaan dan persaudaraan yang sangat luhur. Kearifan budaya itu berupa tradisi mempergunakan media tepung tawar dalam meresolusi konflik.
Menurut Bapak Zainal Kudus, pemangku adat desa Terawas, apabila ada konflik, kekerasan yang saling melukai satu sama lain, dengan menggunakan tradisi tepung tawar itu, diantara orang yang bertikai dapat saling berdamai dan akur kembali. Ia menceritakan pengalaman konflik antara pemuda desa Terawas dengan pemuda tetangga desa sebelahnya saat acara dangdutan. Kedua pemuda itu sudah saling melukai walaupun belum ada yang terbunuh. Konflik antar kedua pemuda itu sudah berkembang aromanya ke arah konflik antar komunitas adat. Namun tokoh adat setempat segera berinisiatif menemui sang keluarga yang bertikai untuk mencari kebenaran asal usul dan penyebab pertikaian. Setelah diketemukan, tutur Zainal, tokoh adat dari pihak yang bersalah itu kemudian mendatangi keluarga pihak yang bertikai lainnya sambil membawa “Punjung Mentah” yakni sebagai alat atau sarana yang harus dibawah kepada keluarga korban atau yang tidak bersalah dalam konflik itu, di dalamnya berisi kopi, gula dan beras 2 kilo. 1 ekor ayam dan sebungkus rokok.
Punjung mentah itu sebagai bentuk ungkapan penyesalan dan permohonan maaf kepada keluarga korban. Kalau sudah punjung mentah ini dibawa, biasanya keluarga korban merasa puas dan dihormati dan langsung menerima ungkapan maaf itu dengan lapang dada tanpa ada perasaan dendam. Usai pemberian punjung mentah, kemudian dilanjutkan dengan tradisi tepung tawar, pemuda atau orang yang saling bertikai itu kemudian saling mengoleskan tepung tawar di badannya. Sesudah itu, maka kedua pemuda yang bertikai tadi sudah dianggap menjadi bagian dari saudaranya sendiri. Usai melakukan tradisi punjung mentah dan tepung tawar, konflik yang sudah makin memanas itu kemudian menjadi reda, ungkap Zainal berapi-api. Ia sendiri sebagai pemangku adat cukup sering menjadi ‘duta’ perdamaian dan melakukan tradisi lokal semacam itu. “kalau semua konflik harus diselesaikan secara hukum, nyatanya makin repot dan konfliknya makin tak terurus, selain karena aparat negara lambat, masyarakat juga kurang puas, hasilnya jauh lebih ampuh dengan pendekatan adat atau budaya lokal,”ungkap Zainal.
Media tepung tawar ini tidak hanya berlaku bagi komunitas yang seidentitas budaya saja, tapi juga dapat dilakukan oleh orang luar yang kebetulan sedang berselisih paham atau berkonflik dengan orang adat Musirawas. Seperti dalam penuturan Jazuli, peneliti lokal IRE yang berasal dari trah orang Jawa, sepeda motor yang dikendarainya tanpa sengaja pernah menabrak seseorang, untuk meredam konflik dan kekerasan ia melakukan tradisi tepung tawar, orang dusun (sebutan bagi orang adat asli Musirawas) yang ditabrak tadi kemudian tidak lagi marah-marah dan mau berdamai serta menganggapnya saudara.“itulah hebatnya budaya”, aku Jazuli. Memang seolah sulit dinalar karena praktek demikian sangat menyentuh emosi, rasa, nurani dan kehormatan diri. Ketika budaya itu diangkat, diakomodasi, dan dijunjung tinggi maka sang pelaku budaya itu pun merasa harga diri dan ideologinya dihormati. Sebaliknya bila tradisi itu ditanggalkan, dilecehkan maka perlawanan pun dapat muncul dengan spontan dan dapat mengobarkan nafsu perang komunitas yang dahsyat.
Lain Musirawas, lain pula di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di kabupaten Soe. Masyarakat adat disana memiliki kearifan lokal yang tidak kalah unik dalam menciptakan resolusi konflik. Namanya tradisi “okomama”, yakni sebuah kotak dengan aneka ukuran yang diluarnya dibalut dan dilapisi kain tenunan adat yang di dalamnya diisi sirih pinang dan kapur. Bila ada konflik atau pertikaian di dalam masyarakat upaya untuk meredamnya adalah dengan cara mempertemukan kedua belah pihak yang bertikai untuk berjanji dan bersumpah bahwa tidak akan ada lagi permusuhan, yang ada hanyalah perdamaian. Sumpah dan janji itu dilakukan dengan saling memasukkan kedua tangan yang saling bertikai di dalam wadah okomama itu. Usai itu mereka saling berangkulan dan saling mengunyah siring pinah di dalam okomama.
Okomama adalah simbol yang menandai adanya tali persaudaraan, dan persahabatan di NTT. Sebagaian besar orang adat NTT, mulai anak muda, laki atau perempuan dan orang tua mengunyah siring pinang karena sudah menjadi tradisi nenek moyang mereka. Tak heran bila kita melihat mereka, terutama di pelosok pengunungan terlihat warna memerah mengiasi bibir mereka.
Orang luar NTT kalau ingin mudah diterima sebagai saudara atau sahabat sejati, biasanya ketika datang langsung ditawari sirih pinang okomama, kalau sang pendatang itu ternyata tidak terbiasa, maka cukup memasukkan tangannya ke dalam (wadah) okomama itu. Usai itu maka sang tamu atau pendatang dengan mudah diterima sebagai sabahat sejatinya. Namun bila sang tamu atau pendatang tidak mau mengunyah siring pinang atau juga tidak mau memasukkan tangannya ke dalam wadah okomama, biasanya masyarakat adat disitu menaruh curiga dan was awas khawatir ada niat tidak baik dari tamu atau seseorang yang baru dikenalinya itu. Para peneliti IRE hampir sebagian besar yang ke bumi NTT atau mereka lebih senang menyebut Timor Tengah Selatan (TTS) melakukan tradisi okomama itu.
Kalau ditelusuri lagi, tentu akan banyak kita temukan berbagai bentuk kearifan lokal masyarakat adat di tanah air ini. Tradisi (humans) di atas hanyalah seklumit contoh betapa masyarakat kita memiliki akar budaya dalam membangun integrasi sosial melalui penghayatan dan pemahaman yang tinggi akan nilai-nilai kebersamaan dan kemanusiaan. Nilai-nilai itu sangat inklusif karena mengajarkan dan memberi tauladan yang beradab bagaimana cara mengatasi konflik, emosi, dan nafsu kepentingan dengan jalan mengubur kekerasan dan api dendam.
Tentunya masih banyak kearifan-kearifan budaya lokal dari daerah-daerah ataupun etnis-etnis lain yang ada di indonesia yang belum di bahas di sini, dan semoga pendekatan dengan menggnsksn kesrifsn loksl ini mampu menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai macam konflik yang ada di tanah air.
Tugas selanjutnya yang maha penting adalah bagaimana menemukan dan memelihara dan merawat kearifan lokal itu agar senantiasa hidup dan menyala di dalam hati nurani manusia Indonesia. Kalau nilai itu terus dipupuk, dirawat dan selalu menjadi ikhtiar dan tindakan seluruh manusia Indonesia, mungkin tak akan ada lagi anak yang harus kehilangan bapak atau ibunya hanya karena beda agama, aliran politik, etnisitas dan aroma rasis lainnya. Juga tak akan ada lagi rumah dan harta beda yang dijarah dan dibakar hanya karena perbedaan identitas. Kita percaya bahwa setiap konflik itu ada resolusinya. Dan para leluhur kita telah memberikan peninggalan atau warisan nilai untuk itu. Kini tinggal tekad kita, mau menggunakan atau membuangnya.
Read On

ADAKAH NILAI IBADAH YANG TERKANDUNG DALAM PACARAN.??

0 komentar 9.14.2008

Refleksi Terhadap Ibadah di Bulan Ramadhan.
Oleh : Zaim *

Ibadah merupakan sesuatau yang kompleks, dan mengandung bermacam-macam instrument ( faktor pendukung ), yang antaralain meliputi motivasi, niat, keikhlasan dan lain sebagainya. Dan dari berbagai instrument tersebut kemudian terwujudlah apa yang kita sebut sebagai ibadah. Kemudian yang menjadi kajian disini apakah pacaran termasuk sebagai salah satu instrument atau faktor pendukung dalam ibadah seseorang?.

Seperti yang sering kita temui dalam masyarakat kita sering kali pacaran menjadi obat tangguh untuk sebagian remaja, sebagaimana yang sering kita jumpai di sekitar kita banyak diantara temen-temen kita yang berubah 180 derajat setelah dia mempunyai “pacar”. Seseorang yang semula tidak pernah puasa misalnya karena bulan ramadhan ini dia memiliki sesorang “pacar” yang memantaunya sehingga ia melaksanakan puasa dengan penuh, atau pasangan yang saling bertaruh bagi siapa yang mampu mengkhatamkan Al-Qur’an lebih banyak, dan sebagainya, jadi dari kasus-kasus diatas seorang remaja tadi dalam melakukan ibadah salah satunya karena motivasi dari pacarnya, atau bisa dikatakan bahwa seseorang tadi mampu menyelenggarakan cintanya untuk kegiatan yang bernilai ibadah, dalam kasus seperti inilah pacaran bisa dikatakan sebagai salah satu instrument ibadah, lalu apakah hal seperti itu bisa digunakan untuk pembenaran untuk melakukan pacaran?

Mungkin secara kasat mata hal-hal seperti diatas bisa dijadikan sebagai pembenaran seseorang untuk pacaran, karena jika kita melihat sekilas tentu pacaran dengan konsekuensi ibadah tentu akan sangat mempunyai niai plus. dengan syarat sang pacar adalah seseorang yang memiliki orientasi ibadah yang tinggi, sehingga mampu mendorong pasangannya untuk melakukan ibadah, namun terlepas dari hal tersebut kasusnya tentu akan berlaku lain terhadap seseorang yang tidak memiliki orientasi ibadah sedikitpun.

Tetapi jika kita mau dan mampu untuk berpikir lebih jauh maka hal ini meru pakan sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah seseorang. Apalagi adat timur kita yang sangat ketat mengatur tentang pacaran, dan jika kita benturkan lagi dengan adat ketimuran kita tentu permasalahannya bukan pacaran itu mengandung nilai ibadah ataua tidak tetapi apakah pacaran itu diperbolehkan atau tidak.

Belum lagi jika kita kembalikan kepada esensi dari ibadah tentu akan sangat jauh karena yang merupakan esensi dari ibadah adalah melakukan sesutau karena Allah bukan karena manusia dan hal-hal selain Allah, karena jika ibadah yang dilakukan hanya karena pacar tentu seseorang tadi belum tentu mampu mempertahankan ibadahnya jika dikemudian hari dia ditinggalkan oleh pacarnya.

Terlepas dari berbagai hal diatas semua dikembalikan kepada individu masing-masing, jika seseorang yang mampu memanipulasi niatnya dalam berpacaran demi kegiatan ibadah dan mampu menjaga diri dari hal-hal yang secara mutlak dilarang oleh agama, mungkin pacaran bisa dikatakan sebagai instrument pendukung dalam ibadah, namun apabila dia tidak mampu maka pacaran TIDAK bisa dikatakan sebagai salah satu instrument ( factor pendukung ) dalam beribadah.wallahua’lam.

* Penulis adalah Koordinator Dept. Pendidikan dan Advokasi IPNU Kota Jogja.

Read On

المعاني في الثلاث المزيد

0 komentar 8.31.2008

المعاني في الثلاث المزيد

A. PENDAHULUAN

Penambahan- penambahan yang di lakukan pada tsulasi mazid, bukalah tanpa faidah melainkan penambahan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh faidah-faidah yang di kehendaki sesuai dengan wazan-wazan yang ada.

Adapun huruf-huruf yang di gunakan untuk penambahan pada fi'il tsulasi mazid dikumpulkan dalam bait berikut :

واحـــكــم بــزيـــد من اويــســا هــل تــنــــم ☻ فــــوق الــــثـلاثي بـــذى الـــمـرا م تــم

Setelah dilakukan penambahan – penambahan kemudian di dapat sighot- sighot yang dalam القصود berjumlah 14 bab yang di bagi menjadi tiga wazan, antaralain:

1. رباعي

Yaitu penambahan dengan satu huruf /lainnya.

- فعّـَل

- فاغـل

- أَفْـعـَلََ

2. خماسي

Yaitu penambahan dengan dua huruf /lainnya.

- إنـفــعـل

- إفـتـعـل

- إفــعـلّ

- تـفـعـّل

- تفـاعـل

3. سداسي

Yaitu penambahan dengan dua huruf /lainnya

- إسـتـفـعـل

- إقـعـوعـل

- إفـعـوّل

- إفــعـالّ

- إفـعــنـل

- إفـعـنـلـل

Selanjutnya akan di bahas tentang faidah- faidah yangdi miliki dari ke – 14 bab tersebut secara terperinci. Karena penambahan-penambahan yang dilakukan mengakibatkan spesifikasi faedah pada masing-masing bab, bahkan dalam bab-bab tersebut juga nengandung beberapa faedah sekaligus.

B. PEMBAHASAN

1. Faidah-faidah fi'il Ruba'i

a. faidah فعّل dengan penambahan tasydiid, antaralain :

- للتعديّة

Menunjukkan makna ta'diyyah adalah membutuhkannya fi'il pada maf'ul, sasaran atau objek.

Contoh : فرح زيد عمرا : Zaid memmbahagiakan Amr

Lafal فَرَّحَ adalah bentuk muta'adi dari mujarrod فَرِحَ .

- للدلالة على الكثير

Menunjukkan makna memperbanyak (mempebanyak fail asal fi'il). Contoh : قطّع زيد الحبل : Zaid memotong-motong tali Lafal قطّع yang bermakna taksir (memotong-motong merupakan bentuk taksir dari bentuk mujarrod قطع yang bermakna memotong.

- لنسبة المفعول إلى أصل الفعل

Menunjukkan arti menisbatkan maf'ul pada asal fi'ilnya atau memberi hukuman maf'ul dengan asal fi'ilnya. Contoh : كفر زيد عمرا : Zaid mengkafirkan Umar /menisbatkan Umar pada kufur.

- لسلب المفعول إلى أصل مفعـل

Menunjukkan arti fa'il menghilangkan asal fi'il dari maf'ul. Contoh : قشّر زيد الرمان Zaid menguliti buah delima atau Zaid menghilangkan kulit delima/mengupasnya. Lafal قشّر (menguliti) merupakan bentukan dari mujarrod قِشْر (kulit).

- للتخاد الفعل من الإسم

Membentuk kata kerja (kalimat fi'il) dari kata benda (kalimat isim). Contoh : خيّم القوم para kaum mendirikan rumah tenda. Lafal خيّم merupakan fi'il yang dicetak dari kalimat isim, yaitu lafal الخيام yaitu rumah tenda.

b. faidah فاعــل dengan paenambahan alif setelah fa'fiil, antaralain;

- للمشاركه بين اثنين

Menunjukkan arti persekutuan antara dua orang dalam melakukan sesuatu (asal fa'il). Contoh : ضارب زيد عمرا : Zaid dan Amr saling memukul. ضارب mempunyai makna musyarokah yakni saling memukul.

- لمعنى " فعّل" للتكثير

Menunjukkan arti yang sama dengan wazan فعّل yang berfaidah للتكثير / wazan فاعل menunjukkan makna taktsir sebagaimana wazan فعّل . Contoh : ضاعف الله : semoga Allah melipatgandakan. Lafal ضاعف mempunyai makna yang sama dengan ضعّف keduanya menunjukkan makna للتكثير .

- لمعنى "أفعل" للتعديّة

Menunjukkan makna seperti maknanya wazan أفعل yang berfaidah ta'diyyah. Contoh : عافك الله : Allah memberi ampun kepadamu. Lafal عافك mempunyai makna ta'diyyah sebagaimana lafal اعـفـك yang mengikuti wazan أفعل.

- لمعنى " فعل" المجرّد

Menunjukkan makna sebagaimana wazan mujarrodnya. Contoh : بارك الله : semoga Allah memberi berkah. Lafal يارك mempunyai makna yang sama dengan mujarrodnya yakni lafal برك.

c. Faidah أفعل dengan penambahan hamzah qotho' dipermulaan, antaralain;

- للتعديّة

Menunjukkan arti ta'diyyah. Contoh : أمسى المسافـر : seorang musafir itu telah masuk waktu sore. Lafal أمسى asal fi'ilnya adalah مساءٌ : waktu sore, kemudian diubah ke bentuk fi'il maka menjadi أمسى : masuk waktu sore.

- للد خول الي الشئ

Menunjukkan arti masuknya fa’il pada suatu waktu.

Contoh : امس المسافـر : seorang musafir itu telah masuk waktu sore.

- لقـصد المكان

Menunjukkan arti menujunya fa'il pada suatu tempat (fa'il menuju asal fi'il). Contoh : أحجز زيد : Zaid menuju tanah hijaz. Lafal أحجز merupakan bentukan dari lafal حجاز : tanah hijaz yang kemudian di bentuk menjadi kalimat fi'il أحجز : menuju tanah hijaz.

- لوجودما إشتق من الفعل في الفاعل

Menunjukkan arti wujudnya sesuatu (asal fi'il) pada fa'il yang dicetak tersebut. Contoh : أثمر الطّلح : pohon pisang itu telah berbuah. Maksudnya pada pohon pisang (fa'il) terdapat buah (asal fi'il) lafal أثمر asal fi'ilnya ثمرة.

- للمبالغة

Menunjukkan makna mubalaghoh (berlebih-lenihannya makna yang ditujukan oleh asal fi'il). Contoh : أشغلت عمرا : saya sangat menyibukkan Amr. Lafal أشغلت (menyibukkan) terbentuk.

- لوجودان الشئ في صفة

Menunjukkan arti menemukan sesuatu (maf'ul) dalam suatu sifat / fa'il menemukan maf'ul dalam memilki sifat yang berupa asal fi'il. Contoh : أعظمته : aku menemukan sifat agung padanya, maksudnya aku menemukan dia dalam keagungan.

- للصيرورة

Menunjukkan berubahnya fa'il menjadi asal fi'il. Contoh : أقفر البلد : Negara itu telah menjadi kosong, maksudnya Negara tersebut berubah menjadi tempat yang kosong. Lafal أقفر asal fi'ilnya قفرٌ : kosong.

- للتعريض

Menunjukkan makna ta'fidh yaitu menawarkan sesuatu (fa'il menawarkan maf'ul untuk diberi hokum asal fi'il). Contoh : أباع الثوب : dia menawarkan baju untuk di jual.

- للسلب

Menunjukkan makna salbu yaitu hilangnya asal fi'il dari fa'il . contoh : اشقى المريض : orang sakit itu telah hilang kesehatannya (dalam keadaan sakit). Lafal شفا ء (sembuh) kemudian di ubah menjadi fi'il اشفي (hilang kesembuhannya). Faidah slb hukumnya muta'adi.

- للحينونة

Menunjukkan makna hainunah yaitu datangnya suatu masa yang mana fa'il harus berhubungan dengan asal fi'il (maksudnya telah tibanya masa melaksanakan hadast) asal fi'il.

Contoh : :احصد الزرع padi itu telah sampai pada masa panen. Padi : fa'il , masa panen : asal fi'il.

2. Faidah-faidah fi'il khumasi

a. Faidah pada wazan تفاعل dengan menambahkan huruf ta' di permulaan serta huruf alif diantara fa' dan 'ain fi'il , antaralain :

- فأكثر للمشاركه بين اثنين

Menunjukkan makna persekutuan antara dua orang atau lebih dalam melakukan sesuatu (asal fi'il).

Contoh : تصالح القوم : kaum itu saling berdamai. Lafal تصالح bermakna saling berdamai.

- لإظهارما ليس في الواقع

Menunjukkan arti fa'il menampakkan sesuatu (asal fi'il) akan tetapi tidak sesuai yang sebenarnya.

Contoh : تمارض زيد : Zaid berpura-pura sakit. Maksudnya zaid menampakkan gaya sakit akan tetapi sebenarnya tidak sakit.

- لوقوع تدريجا

Menunjukkan arti jatuhnya atau terjadinya sesuatu (asal fi'il) secara bertahap. Contoh : توارد القوم : para kaum itu datang secara bertahap.

- لتأدية معني المجر د

Menunjukkan arti sama dengan arti mujarrodnya.contoh : تعالى :maha tinggi. Lafal تعالى mempunyai arti yang sama dengan mujarrodnya yakni lafal على.

- لمطاوعة "فاعل"

Menunjukkan arti muthowa'ah dari wazan فاعل yang berfaidah ta'diyyah. Contoh : باعدته فتباعد : saya jauhkan Zaid maka jauhlah dia.

Catatan: muthowa'ah adlah berhasilnya bekas tatkala fi'il muta'adi berhubungan dengan maf'ulnya.

( muthowa’ah adalah berhasilnya bekas / kesan tatkala fiil muta’adi berhubngan dengan maf’ulnya )

b. Faidah pada wazan تفعّل dengan menambahkan ta' di permulaan dan tasydid pada 'ain fi'ilnya, antaralain:

- لمطاوعة "فعّل" المضعّف العين

Menunjukkan arti muthowa'ah dari wazan فعّل yang di tasydid 'ain fi'ilnya. Contoh : كسّهت الزجاج فتكسّر : saya memecahkan kaca maka pecahlah itu kaca. Catatan: muthowa'ah bisa diartikan akibat.

- للتكلف

Menunjukkan arti takalluf yaitu kesungguhan fa'il dalam usaha (asal fi'il) supaya berhasil. Contoh : تشجّع زيدٌ : Zaid memberanikan diri, maksudnya Zaid memberanikan diri/ menekan diri untuk berani agar berhasil.

- لإتخاذ الفاعل أصل الفعل مفعولا

Menunjukkan arti إتخاذ : mengambil fa'il pada maf'ul untuk dijadikan asal fa'il. Contoh : تبنيت يوسف : aku mengambil anak angkat Yusuf, maksudnya aku ambil Yusuf sebagai anak angkat. Lafal تبني asal fi'ilnya adlah إبنا : anak angkat.

- لدلالة على مجانبة الفعل

Menunjukkan arti fa'ilnya menjauhi suatu perbuatan (asal fi'il), maksudnya fa'il menjauhi asal fi'il. Contoh : تذمّم زيدٌ : Zaid menjauhi perbuatan tercela. Lafal تذمّم asla fi'ilnya adlah ذم : perbuatan tercela.

- للصيرورة

Menunjukkan arti صيرورة : berubahnya fa'il menjadi asal fi'il. Contoh : تأيمت المرأة : perempuan itu menjanda, maksudnya perempuan itu berubah menjadi janda. Lafal تأيم asal fi'ilnya adalah إيمٌ : janda.

- للدلالة على حصول اصل الفعل مرة أخرى

Menunjukkan arti hasilnya asal fi'il dalam satu tahap setelah tahap yang lain (bertahap). Contoh : تجرع زيدٌ : Zaid minum sedikit demi sedikit. Lafal تجرع asal fi'ilnya adalah جرعةٌ : satu tegukan.

- للطلب

Menunjukkan arti طلب : mencari, maksudnya fa'il mencari asal fi'il dari maf'ul. Contoh : تعجل الشيئ : dia berusaha mempercepat sesuatu. Lafal تعجل asal fi'ilnya adalah عجلة : tergesa-gesa.

c. Faidah pada wazan إفتعل dengan menambahkan hamzah dipermulaan dan huruf ta' diantantara fa' fi'il dan 'ain fi'il, antaralain:

- لمطاوعة "فعل"

Menunjukkan arti muthowa'ah dari wazan فعل. Contoh : جمعت الإبل فاجتمع : aku mengumpulkan unta maka berkumpulah unta.

- للإتخاذ

Menunjukkan arti ittikhod yaitu mengambil atau membuat atau mengambil asal fi'il. Contoh : إختبز زيدٌ : Zaid mengambil / mebuat roti.

- لزبادة المبالغة في المعنى

Menunjukkan arti bertambah bobotnya makna fi'il.

Contoh: اكتسب زيد Zaid bekerja keras, maksudnya Zaid bersungguh-sungguh dalam bekerja.

- لمعنى فعل

Menunjukkan arti sama dengan wazan فعل (mujarrod).

Contoh: إجتذب : menarik dia laki-laki. Lafal إجتذب maknanya sama dengan جذب.

- لمعنى تفاعــل

Untuk menunjukkan arti sama dengan artinya wazan تفاعل yang berfaidah musyarokah. Contoh: إختصم : saling bertengkar. Lafal إختصم artinya sama dengan lafal تخاصم yang berfaidah musyarokah.

- للطلب

Menunjukkan arti tholab(طلب) ; fa'il mencari asal fi'il. Contoh …. Zaid mencari pekerjaan.

d. Faidah pada wazan إنفعل dengan penambahan hamzah washol dan huruf nun diprmulaannya, antaralain:

- لمطاوعة "فعل"

Menunjukkan arti muthowa'ah dari wazan فعل . Contoh : كسرت الزجاج فانكسر : saya memecah kaca maka pecahlah kaca itu.

- لمطاوعة أفعل فليل

Menunjukkan arti muthowa'ah dari makna أفعل (hukumnya qoliil atau sedikit). Contoh: أزجع فازجع : dia mengerak-gerakkan tenda maka bergeraklah tenda itu.

e. Faidah pada wazan إفعلّ dengan menambahkan hamzah washol dipermulaan dan tasydiid pada lam fi'il, antaralain:

- للدلالة على الدخول في الصفة

Menunjukkan arti masuknya fa'il pada suatu sifat(asal fi'il). Contoh: احمر البسر : buah kurma itu telah memerah, maksudnya telah masuk warna merah.

- للبالغلة

Menunjukkan arti mebalaghoh : berlebih-lebihannya suatu sifat (asal fi'il) yang ada pada fa'il. Contoh : إسودّ الليل : malam ini gelap gulita

  1. Faidah-faidah fi'il tsudasi

a. Faidah pada wazan إستفعل dengan menmbahkan hamzah washol, siin dan ta' . antaralain:

- لطلب الفعل

Menunjukkan arti tholab (طلب) yaitu fa'il mencari asal fi'il dari maf'ul. Contoh : إستغفر زيد الله : Zaid minta ampun kepada Allah. Lafal إستغفر mempunyai arti minta ampunan, asal fi'ilnya adalah مغقرة : ampunan.

- للوجدان على صفة

Menunjukkan arti wujdan yaitu fa'il menemukan maf'ul dalam suatu sifat (asal fi'il). Contoh: إستعظمت الأمر : aku annggap besar (sangat penting) pada perkara. Lafal … asal fi'ilnya adalah عظمة : agung.

- للتحول

Menunjukkan arti takhawwul yaitu berubah atau pindahnya fa'il pada asal fi'il. Contoh : إستحجر الطين : tanah liat itu membatu, maksudnya berubah menjadi batu. Lafal إستحجر (membatu) berasal dari mujarrod حجر (batu).

- للتكـلـّف

Menunjukkan arti takalluf ( تكلّف ) yaitu kesungguhan fa'il untuk menghasilkan asal fi'il. Contoh : إستجرأ : ia memberanikan diri. Lafal إستجرأ ; memneranikan diri asal fi'ilnya adalah جرأة : berani.

- لمعنى فعل مجرّد

Menunjukkan arti seperti arti فعل yang mujarrod.

Contoh : إستقرّ :perkara itu tetap. Lafal إستقرّ maknanya sama dengan lafal قرّ (bentuk mujarrod) : tetap.

- للمطاوعة

Menunjukkan arti muthowa’ah ( dalam kitab kafawi diterangkan bahwa muthowa’ah yang berlaku disini tidaklah mutlaq, namun hanya muthowaah dari wazan فعل dan wazan افعل saja.

Contoh : وسّعته فاستوسع

b. Faedah-faedah yang ada pada wazan افعوعل dengan menambahkan hamzah washol dipermulaan den mentadlif ‘ain fiilnya serta menambahkan wawu diantara dua lain. Antara lain :

- للمبالغة

Menunjukkan arti mubalaghoh yaitu meebihlebihkan ma;na fiil. Contoh : اجدودب زيد : zaid sangat bongkok.

- لمعنى فعل المجرد

Menunjukkan arti sama dengan arti mujarrodnya yakni فعل.

contoh : احولولى الثمر : buah itu manis. Lafad احولولى artinya sama denan lafad حلا : manis.

c. Faedah-faedah yang ada pada wazan افعال dengan menambahkan hamzah washol dipermulaan dan alif setelah ‘ain fi’ilnya sertavmentadl’if lam fi’ilnya.. Antara lain :

- للمبالغة

Menunjukkan arti mubalaghoh yaitu berlebihannya suatu sifat yang dimasuki oleh fiil.contoh : اصفار الموز : pisang itu sangat kuning.

d. Faedah-faedah yang ada pada wazan افعول dengan menambahkan hamzah washol dipermulaan dan dua wawu setelah fa’ fi’ilnya. Antara lain :

- لمبالغة الازم

Menunukkan arti berlebihnya makna fi’il lazim. Contoh : اخروط شعاع الشمش : sorot matahari itu sangat menyengat.

e. Faedah-faedah yang ada pada wazan افعنلى dengan menambahkan hamzah washol dipermulaan dan nun setelah ‘ain fi’il dan ya’ setelah lam fi’il. Antara lain :

Contoh : اسـلـنـقى

Lafal اسـلـنقى berasal dari سـلـق

f. Faedah-faedah yang ada pada wazan افعنلل dengan menambahkan hamzah washol dipermulaan dan nun setelah ‘ain fiil dan huruf yang sesuai dengan lam fi’ilnya. Antara lain :

- للمبالغة

Menunjukkan makna mubalaghoh. Contoh : اقعنسس

Faedah pada wazan افعنلى dan افعنلل menurut kitab amtsilatuttasrifiah tidak termasuk tsulasi mazid elainkan merupakan ruba’i mazid, tetapi pada nadzom maqsud keduanya termasuk dari bab tsulasi mazid.

Read On