ADAKAH NILAI IBADAH YANG TERKANDUNG DALAM PACARAN.??

0 komentar 9.14.2008

Refleksi Terhadap Ibadah di Bulan Ramadhan.
Oleh : Zaim *

Ibadah merupakan sesuatau yang kompleks, dan mengandung bermacam-macam instrument ( faktor pendukung ), yang antaralain meliputi motivasi, niat, keikhlasan dan lain sebagainya. Dan dari berbagai instrument tersebut kemudian terwujudlah apa yang kita sebut sebagai ibadah. Kemudian yang menjadi kajian disini apakah pacaran termasuk sebagai salah satu instrument atau faktor pendukung dalam ibadah seseorang?.

Seperti yang sering kita temui dalam masyarakat kita sering kali pacaran menjadi obat tangguh untuk sebagian remaja, sebagaimana yang sering kita jumpai di sekitar kita banyak diantara temen-temen kita yang berubah 180 derajat setelah dia mempunyai “pacar”. Seseorang yang semula tidak pernah puasa misalnya karena bulan ramadhan ini dia memiliki sesorang “pacar” yang memantaunya sehingga ia melaksanakan puasa dengan penuh, atau pasangan yang saling bertaruh bagi siapa yang mampu mengkhatamkan Al-Qur’an lebih banyak, dan sebagainya, jadi dari kasus-kasus diatas seorang remaja tadi dalam melakukan ibadah salah satunya karena motivasi dari pacarnya, atau bisa dikatakan bahwa seseorang tadi mampu menyelenggarakan cintanya untuk kegiatan yang bernilai ibadah, dalam kasus seperti inilah pacaran bisa dikatakan sebagai salah satu instrument ibadah, lalu apakah hal seperti itu bisa digunakan untuk pembenaran untuk melakukan pacaran?

Mungkin secara kasat mata hal-hal seperti diatas bisa dijadikan sebagai pembenaran seseorang untuk pacaran, karena jika kita melihat sekilas tentu pacaran dengan konsekuensi ibadah tentu akan sangat mempunyai niai plus. dengan syarat sang pacar adalah seseorang yang memiliki orientasi ibadah yang tinggi, sehingga mampu mendorong pasangannya untuk melakukan ibadah, namun terlepas dari hal tersebut kasusnya tentu akan berlaku lain terhadap seseorang yang tidak memiliki orientasi ibadah sedikitpun.

Tetapi jika kita mau dan mampu untuk berpikir lebih jauh maka hal ini meru pakan sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah seseorang. Apalagi adat timur kita yang sangat ketat mengatur tentang pacaran, dan jika kita benturkan lagi dengan adat ketimuran kita tentu permasalahannya bukan pacaran itu mengandung nilai ibadah ataua tidak tetapi apakah pacaran itu diperbolehkan atau tidak.

Belum lagi jika kita kembalikan kepada esensi dari ibadah tentu akan sangat jauh karena yang merupakan esensi dari ibadah adalah melakukan sesutau karena Allah bukan karena manusia dan hal-hal selain Allah, karena jika ibadah yang dilakukan hanya karena pacar tentu seseorang tadi belum tentu mampu mempertahankan ibadahnya jika dikemudian hari dia ditinggalkan oleh pacarnya.

Terlepas dari berbagai hal diatas semua dikembalikan kepada individu masing-masing, jika seseorang yang mampu memanipulasi niatnya dalam berpacaran demi kegiatan ibadah dan mampu menjaga diri dari hal-hal yang secara mutlak dilarang oleh agama, mungkin pacaran bisa dikatakan sebagai instrument pendukung dalam ibadah, namun apabila dia tidak mampu maka pacaran TIDAK bisa dikatakan sebagai salah satu instrument ( factor pendukung ) dalam beribadah.wallahua’lam.

* Penulis adalah Koordinator Dept. Pendidikan dan Advokasi IPNU Kota Jogja.

Read On